Minggu, 27 Februari 2011

REVOLUSI LIBYA

Konflik yang terjadi di Me­sir ternyata cukup menyedot per­hatian dunia, tak terkecuali Se­jarawan sekaligus Direktur Institut Penelitian dan Studi Yahudi-Libya Akov Hajaj-Li­lof (69). Dia yakin, revolusi di Lib­ya akan jauh lebih sulit dan berkepanjangan dibanding di Tunisia dan Mesir.

Dalam petikan wawan­ca­ra­nya di surat kabar Yahudi, Haaretz, Senin (21/2), Hajaj-Lilof menyatakan, balas den­dam keluarga Raja Idris yang dikudeta Khadafi pada 1969 telah memicu konflik di Libya.

“Saya menekankan, konflik ini dipengaruhi kebencian dan permusuhan antara mereka yang dari wilayah Cyrenaica dengan ibukota Bengazhi de­ngan massa dari Tripolitania de­ngan ibukota Tripoli,” kata Hajaj-Lilov. Cyrenaica adalah tempat kelahiran Raja Idris.

Selain itu, kata Hajaj-Lilof, masalah Libya hampir sama dengan situasi yang dialami Mesir. “Yaitu tingginya angka pengangguran meskipun negara ini kaya minyak dan proyek air raksasa,” katanya.

Ribuan orang berpendidikan yang tamat setiap tahun jadi pengangguran. Sedangkan la­pangan pekerjaan yang tidak butuh keahlian di bidang per­tanian dan konstruksi, malah di­isi pengungsi dari negara-ne­gara Afrika. “Inilah yang mem­buahkan kepahitan,” terang Hajaj-Lilof.

Setiap elemen masyarakat Libya punya pemikiran berbe­da, na­mun mereka bisa bersatu me­lawan Khadafi. Situasi ini makin panas, akan memakan waktu lebih lama dari Mesir. Hal itu karena Khadafi telah bersiap diri.

“Perlu diingat. Khadafi me­miliki lebih dari satu bulan un­tuk mempersiapkan diri. Mulai dari kerusuhan di Tunisia, dia telah bersiap. Begitupun pa­sukan untuk mengantisipasi demonstrasi,” jelas Hajaj-Lilof,

Khadafi telah bekerja sama dengan pasukan garda revolusi dan pasukan rahasia, Muk­ha­barat. Ini bisa disaksikan di Aljazeera, ketika tentara ber­pa­kaian sipil bergabung dengan demonstran. Dan ketika  meli­hat massa tidak terkontrol, me­reka akan mengeluarkan sen­jata sebagai gertakan demi meme­cah kerumunan.

 “Jika ada yang mengatakan puluhan meninggal, yang pas­tinya banyak yang meninggal. Tapi jika ada laporan helikop­ter menembak demonstran, ini seperti melihat sebutir garam karena tidak ada foto atau gam­baran nyata,” tutur Hajaj-Lilof meragukan informasi yang ber­edar beberapa hari belakangan.

Banyak kesimpangsiuran informasi di Libya. “Bila ada laporan,  polisi telah membelot ke demonstran. Kasus ini lebih mungkin terjadi di Cyrenaica. Untuk saat ini, tentara dan gar­da revolusioner berdiri di be­lakang Khadafi.

“Dari sudut pandang mereka, revolusi mereka adalah nilai tertinggi. Terlebih untuk kepen­tingan masyarakat ba­nyak,” imbuhnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar